Laman

Kamis, 15 Desember 2011

TURKI UTSMANI


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Setelah khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu.
Keadaan politik Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar: Usmani di Turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia. Kerajaan Usmani, di samping yang pertama berdiri, juga yang terbesar dan paling lama bertahan di banding dua kerajaan lainnya. Untuk lebih jelasnya maka dalam makalah ini kami terangkan lebih lanjut mengenai Turki Usmani.
BAB II
PEMBAHASAN
A.   Asal-Usul Dinasti Turki Usmani
Sejak zaman dulu disebelah barat gurun pasir gobi ada suku yang bernama Turki, mereka hidup secara mengembara. Pada saat perkembangan periode islam mereka dikalahkan oleh bangsa Tartar, maka mereka pindah kebarat sampai di tepi laut tengah (kini dikenal dengan sebutan Anatolia), yang sebelah selatannya terdapat bangsa arab. Mereka bersentuhan dengan orang arab yang telah beragama islam. Dengan komuniukasi tersebut mereka mulai banyak yang memeluk agama islam. Bangsa Turki tersebut rajin dan ahli perang, pintar berdiplomasi, dan akhirnya dengan waktu yang relatif singkat menjadi sebuah kekuatan politik yang besar.
Bangsa Turki terbagi dalam berbagai suku diantaranya yang terkenal adalah suku Qoyigh Oghuz. Suku ini terbagi menjadi 24 sub-suku dalam salah satu sub-suku tersebut lahirlah Sultan pertama dari dinasti Turki Usmani yang Bernama Usman.
Pada saat bangsa Mongol (sebelum Islam) dan orang kristen, ingin menghapuskan Islam dari peta bumi, orang Turki Usmani muncul sebagai pelindung islam, bahkan mereka membawa panji islam sampai ketengah-tengah daratan Eropa.
Pada abad ke 13 M, saat Chengis Khan mengusir orang-orang Turki dari khurasan dan sekitarnya. Kakeknya Usman yang bernama Sulaiman bersama pengikutnya bermukim di Asia kecil. Setelah reda serangan Mongol terhadap mereka, Sulaiman menyebrangi sungai efrat (dekat Allepo). Namun ia tenggelam, empat putera Sulaiman yang bernama, Shunkur, Gundogdur, Al-thugril (Orthogul), Dun Dar. Dua putranya yang pertama kembali ketanah air mereka, sementara dua yang terakhir bermukim didaerah Asia kecil. Keduanya akhirnya berhasil mendekati Sultan saljuk yang bernama Sultan Auludin di Kunia. Saat Mongol menyerang Sultan Auludin di Angara (kini angkara), maka Al-Thugril menolongnya dan mengusir Mongol. Sebagai balas jasa Auludin memberikan daerah Iski Shahr (Iskisyihar) dan sekitarnya kepada Al-Thugril, Al-thugril mendirikan Ibu Kota yang bernama Syukud. Disanalah lahir putranya yang pertama yaitu Usman pada 1258 M Al-thugril meninggal dunia. Selanjutnya Usman mendeklarasikan dirinya sebagai Sultan, maka itulah berdiri dinasti Turki Usmani. Usman memerintah antara tahun 1290-1326 M.
Pada 1300 M, bangsa Mongol kembali menyerang kerajaan saljuk, dan dalam pertempuran tersebut Sultan Alaudin terbunuh. Setelah wafatnya Sultan Alaudin tersebut, Usman mengumumkan diri sebagai Sultan yang berdaulat penuh atas daerah yang didudukinya, ia mengkampanyekan dirinya dengan mencetak mata uang dan pembacaan khutbah atas nama dirinya. Usman mengirim surat kepada raja-raja kecil guna memberitahukan bahwa sekarang dia raja yang besar dan dia menawarkan kepada raja-raja kecil tersebut untuk memilih dari salah satu diantara tiga perkara, yakni ; Pertama masuk Islam, kedua membayar Jaziah dan yang ketiga berperang. Setelah menerima surat tersebut, separuh dari mereka ada yang masuk Islam ada juga yang mau membayar Jizyah.
Mereka yang yang tidak mau menerima tawaran Usman merasa terganggu sehingga mereka meminta bantuan kepada bangsa Tartar, akan tetapi Usman tidak merasa takut menghadapinya. Usman menyiapkan tentaranya dalam menghadapi bangsa Tartar, sehingga mereka dapat ditaklukkan.
Usman mempertahankan kekuasaan nenek moyang dengan setia dan gagah perkasa sehingga kekuasaan tetep tegak dan kokoh sehingga kemudian dilanjutkan dengan putra dan saudara-saudaranya yang gagah berani meneruskan perjuangan sang ayah dan demi kokohnya kekuasaan nenek moyangnya.
B.   Perkembangan Turki Usmani
Pada awalnya kerajaan Turki Usmani hanya memiliki wilayah yang sangat kecil, namun dengan adanya dukungan militer, tidak beberapa lama Usmani menjadi Kerajaan yang besar bertahan dalam kurun waktu yang lama. Setelah Usman meninggal pada 1326 M, puteranya Orkhan (1326-1359 M) naik tahta pada usia 42 tahun. Pada periode ini tentara islam pertama kali masuk ke Eropa. Orkhan berhasil mereformasi dan membentuk tiga pasukan utama tentara. Pertama, tentara sipani (tentara reguler) yang mendapatkan gaji tiap bulannya. Kedua, tentara Hazeb (tentara ireguler) yang digaji pada saat mendapatkan harta rampasan perang( Mal al-ghanimah). Ketiga tentara Jenisasri mereka direkrut pada saat berumur dua belas tahun, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak kristen yang dibimbing islam dan disiplin yang kuat.
Pengganti Orkhan (Urkhan) yaitu, puteranya yang bernama Murad I (1359-1389 M) berhasil menaklukkan banyak daerah, seperti Adrianopal (Adnanopel), Masedonea, Bulgaria, serbia dan Asia kecil. Namun yang paling monumental adalah penaklukan dikosovo. Dengan demikian lima ratus tahun daerah tersebut dikuasai oleh pemerintah Turki Usmani. Dia penguasa yang shaleh dan taat kepada Allah. Murad I meskipun banyak menalukkan peperangan namun tidak pernah kalah, ia dijuluki sebagai Alexander pada abad pertengahan, bahkan ia dinilai sebagai pendiri dinasti Turki Usmani yang sebenarnya. Putra Murad I yang bernama Bayazid I (1389-1430 M) menggantikan ayahnya, ia terkenal dengan gelar Ildrim/Eldream. Bayazid I dengan cepat menaklukkan daerah dan memperluas di Eropa.
Bayazid I sempat mengepung Konstantinopel selama enam bulan, namun akhirnya gagal karena menghadapi tentaranya Timur Lenk dan meninggal dunia di penjara timur setelah kalah perang dan tertangkap dalam perang di Anggora. sepeninggal Bayazid Turki Usmani mengalami kemunduran,  selanjutnya Turki Usmani dipimpin oleh Muhammad I (1403-1421 M), akhirnya ia berhasil mengembalikan Turki Usmani seperti sediakala, meskipun ia tidak melakukan perluasan dan penaklukkan, Muhammad I berhasil membawa Turki Usmani stabil kembali dengan keberhasilan ini, ia di sejajarkan oleh sejarawan dengan Umar II dari dinasti Bani Umaiyah.
Setelah ia meninggal digantikan dengan Murad II (1421-1451 M). Ia mengembalikan daerah-daerah di Eropa (kosovo) yang lepas setelah meninggalnya Bayazid I.
Penggantinya Murad II adalah Muhammad II (1451-1484 M) dalam sejarah terkenal dengan Muhammad Al-Fatah. Beliau  berhasil mengalahkan Bizantium menaklukkan kota Konstantinopel yang merupakan kekuatan terakhir Imperium Romawi Timur. Penaklukan Konstantinopel   pertama kali telah dicita-citakan sejak khalifah Usman bin Affan, Gubernur Muawiyah yang pertama kali menyerang konstantinopel dan khalifah-khalifah selanjutnya yang sudah berabad-abad mencita-citakan penaklukan konstantinopel, akhirnya bisa tercapai pada abad 1453 M.
Pada saat itulah awal kehancuran Bizantium yang telah berkuasa sebelum masa Nabi. Sultan Muhammad al-Fatih menaklukkan venish, Italy, Rhodos, dan cremia yang terkenal dengan konstantinopel.
Pada masa Sultan Salim I (1512-1520 M), ekspansi wilayah dialihkan ke Timur, Persia, Syiria dan Mesir berhasil di taklukkannya.
Selanjutnya pada tahun 1520-1566 M, Sulaiman Agung menjadi penguasa baru di kerajaan Turki Usmani menggantikan ayahnya Salim I  dan dia dijuluki Sulaiman Al-Qonuni. Sulaiman bukan hanya sultan yang paling terkenal dikalangan Turki Usmani, akan tetapi pada awal ke-16 ia adalah kepala negara yang paling terkenal di dunia. Ia seorang penguasa yang shaleh, ia mewajibkan rakyat muslim harus shalat lima kali dan berpuasa di bulan ramadhan, jika ada yang melanggar tidak hanya dikenai denda namun juga sanksi badan.
Sulaiman juga berhasil menerjemahkan Al-Qur’an dalam bahasa Turki. Pada saat Eropa terjadi pertentangan antara katolik kepada khalifah Sulaiman, mereka di beri kebebasan dalam memilih agama dan diberikan tempat di Turki Usmani.
Pada masa Sulaiman Al-Qonuni ia telah berhasil menaklukkan Irak, Belgero, kepulauan Rhodes, Tunis dan Yaman. Masa beliau merupakan puncak keemasan dari kerajaan Turki Usmani, karena dibawah pemerintahannya berhasil menyatukan wilayah yang meliputi Afrika Utara, Mesir, Hijaz, Irak, Armenia, Asia kecil, Krimea, Balkan, Yunani, Bulgaria, Bosnia, Hongaria,Rumania sampai batas Danube dengan tiga lautan, yaitu laut Merah, laut Tengah dan laut Hitam.
Usmani yang berhasil menaklukkan Mesir tetap melastarikan beberapa sistem kemasyarakatan yang ada, sekalipun dengan beberapa modifikasi. Usmani menyusun kembali sitem pemerintahan yang memusat dan mengangkat beberapa Gubernur militer dan pejabat-pejabat keuangan untuk mengamankan pengumpulan pajak dan penyetoran pendapatan ke Istanbul. Peranan utama pemerintahan Usmani adalah menentramkan negeri ini, melindungi pertanian, irigasi dan perdagangan sehingga mengamankan arus perputaran pendapatan pajak. Dalam rentangan abad pertama dan abad pertengahan dari periode pemerintahan Usmani, sistem irigasi di Mesir diperbaiki, kegiatan pertanian meningkat dengan pesat dan kegiatan perdagangan dikembangkan melalui pembukaan kembali beberapa jalur perdagangan antara India dan Mesir.
Demikianlah perkembangan dalam kerajaan Turki Usmani yang selalu berganti penguasa dalam mempertahankan kerajaannya. Diantara mereka (para penguasa) memimpin dengan tegasnya atas titpan dari nenek moyang agar jangan sampai jatuh ke tangan negeri/penguasa lain selain Turki Usmani. Hal ini terbukti dengan adanya para pemimpin yang saling melengkapi dalam memimpin perjuangannya menuju kejayaan dengan meraih semua yang membawa kemajuan dalam kehidupan masyarakat.
C.   Kemajuan Dan Perkembangan Kerajaan Turki Usmani
Akibat kegigihan dan ketangguhan yang dimiliki oleh para pemimpin dalam mempertahankan Turki Usmani membawa dampak yang baik, sehingga kemajuan-kemajuan dalam perkembangan wilayah Turki Usmani dapat diraihnya dengan cepat. Dengan cara atau taktik yang dimainkan oleh beberapa penguasa Turki seperti Sultan Muhammad I yang mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakkan dasar-dasar keamanan dalam negerinya yang kemudian diteruskan oleh Murad II. Sehingga Turki Usmani mencapai puncak kejayaan pada masa Sultan Muhammad II.
Usaha ini di tindak lanjuti oleh raja-raja berikutnya, sehingga dikembangkan oleh Sultan Sulaiman Al-Qonuni. Ia tidak mengarahkan ekspansinya kesalah satu arah Timur dan Barat, akan tetapi seluruh wilayah yang berada disekitar Turki Usmani itu, sehingga Sulaiman berhasil menguasai wilayah Asia kecil.
Kemajuan dan perkembangan wilayah kerajaan Usmani yang luas berlangsung dengan cepat dan diikuti oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan lain yang penting, diantaranya:
1.      Bidang Kemiliteran Dan Pemerintahan
Kemajuan bidang kemiliterannya adalah seperti keberanian, keterampilan, ketangguhan dan kekuatan militer yang dimiliki kerajaan Turki Usmani yang sanggup berperang kapan dan di mana saja. Kekuatan militer Turki Usmani terorganisir ketika kontak senjata dengan Eropa baik taktik maupun startegi.
Pembaharuan organisasi militer oleh Orkhan dengan mengadakan perombakan dalam keanggotaan dan juga memutasi personil-personil pimpinan. Bangsa-bangsa non Turki dijadikan anggota, anak-anak Kristen dibimbing secara Islam untuk dijadikan prajurit. Program ini berhasil dengan terbentuknya pasukan Jenissari atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang berhasil menaklukkan negeri-negeri non Muslim.
Ada juga tentara kaum feodal yang dikirim kepada pemerintah pusat yaitu tentara Thaujiah. Angkatan Laut pun juga dibenahi, yang pada tahun ke-16 Angkatan Laut Turki mencapai puncak kejayaannya dan berhasil meluaskan wilayah kekuasaannya.
Selain bidang militer, tercipta juga jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh shadr al-a'zham (perdana menteri) yang membawahi pasya (gubernur), al-Zanaziq atau al-'alawiyah (bupati).
Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, pada masa Sulaiman I disusun kitab undang-undang (قـنون) yang diberi nama Multaqa al-Abhur, yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Usmani sampai datangnya reformasi pada abad ke-19. Karena jasanya ini, Sulaiman I di ujung namanya di tambah gelar Al-Qonuni.
  1. Bidang Ilmu Pengetahuan Dan Budaya
Kebudayaan Turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan diantaranya adalah kebudayaan Persiam Bizantium dan Arab. Ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja, mereka banyak mengambil dari kebudayaan Persia. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran dari kebudayaan Bizantium. Prinsip-prinsip ekonomi, sosial dan kemasyarakatan, keilmuan dan huruf menyerap dari bangsa Arab.
Karena mereka lebih memfokuskan ke bidang militer, maka bidang keilmuan tidak begitu menonjol, karena itu Turki Usmani tidak pernah ditemukan ilmuwan terkemuka. Namun demikian, mereka lebih berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam, seperti Mesjid Al-Muhammadi atau Mesjid Jami' Sultan Muhammad Al-Fatih, Mesjid Agung Sulaiman dan Mesjid Abi Ayyub Al-Anshari. Mesjid-mesjid itu dihiasi dengan kaligrafi yang indah. Salah satu mesjid yang terkenal keindahan kaligrafinya adalah mesjid yang asalnya gereja Aya Sopia.
Pada masa Sulaiman dikota-kota besar dan lainnya banyak dibangun mesjid, sekolah, rumah sakit, gedung, makam, jembatan, saluran air, villa, dan pemandian umum.
  1. Bidang Keagamaan    
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam bidang sosial dan politik. Masyarakat digolongkan berdasarkan agama. Kerajaan sangat terikat dengan syari'at sehingga fatwa ulama dijadikan hukum yang berlaku. Oleh karena itu ulama mempunyai tempat tersendiri dan berperan besar dalam kerajaan dan masyarakat. Para Mufti, sebagai pejabat urusan agama tertinggi, berwenang memberi fatwa resmi terhadap problema keagamaan yang dihadapi masyarakat. Tanpa legitimasi Mufti, keputusan hukum kerajaan bisa tidak berjalan.
Pada masa Turki Usmani, tarekat juga mengalami kemajuan, seperti tarekat Bektasyi dan Maulawi, kedua tarekat ini banyak dianut kalangan sipil dan militer. Tarekat Bektasyi mempunyai pengaruh yang amat besar di kalangan Jenissari, sedangkan tarekat Maulawi mendapat dukungan dari para penguasa dalam mengimbangi Jenissari Bektasyi.
Kajian-kajian seperti fikih, ilmu kalam, tafsir dan hadits boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti. Para penguasa lebih cenderung menegakkan satu mazhab dan menekan mazhab lainnya. Sultan Abd al-Hamid II begitu fanatik terhadap aliran Asy'ariyah. Ia merasa perlu mempertahankan aliran tersebut sehingga ia memerintahkan Syekh Husein al-Jisri menulis kitab Al-Hushun al-Hamidiyah (Benteng pertahanan Abdul Hamid). Akibat kefanatikan yang berlebihan itu, maka ijtihad tidak berkembang. Ulama hanya menulis buku dalam bentuk syarah (penjelasan) dan hasyiyah (semacam catatan) terhadap karya-karya masa klasik.
Dalam bidang peradaban dan kebudayaan-kecuali dalam hal-hal yang bersifat fisik – perkembangannya jauh berada di bawah kemajuan politik, maka selain banyak daerah yang melepaskan diri juga masyarakatnya tidak banyak memeluk agama Islam.
Kemajuan-kemajuan yang diperoleh kerajaan Turki Usmani tersebut tidak terlepas daripada kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, antara lain:
1.      Mereka bangsa yang penuh semangat, berjiwa besar dan giat.
2.      Mereka memiliki kekuatan militer yang besar.
3.      Mereka menghuni tempat yang sangat strategis, yaitu konstantinopel yang berada pada titik temu antara Asia dan Eropa.
Disamping itu keberanian, ketangguhan kepandaian taktik yang dilakukan oleh para penguasa Turki Usmani sangatlah baik,serta terjalinnya hubungan yang baik dengan rakyat kecil, sehingga hal ini pun juga mendukung dalam memajukan dan mempertahankan kerajaan Turki Usmani.

D.   Kerajaan Turki Usmani Pasca Sulaiman Al-Qonuni
Masa pemerintahan Sulaiman I (1520-1566 M) merupakan puncak kejayaan daripada kerajaan Turki Usmani. Beliau terkenal dengan sebutan Sulaiman Agung atau Sulaiman Al-Qonuni. Akan tetapi setelah beliau wafat sedikit demi sedikit Turki Usmani mengalami kemunduran. Setelah Sulaiman Agung meninggal dunia, terjadilah perebutan kekuasaan antara putra-putranya, yang menyebabkan kerajaan Turki Usmani mundur akan tetepi meskipun terus mengalami kemunduran kerajaan ini untuk masa beberapa abad masih dipandang sebagi militer yang tangguh. Kerajaan ini memang bertahan lima abad lagi setelah sepeninggalnya Sultan Sulaiman Agung pada tahun 1566 Masehi.
Sultan Sulaiman Al-Qanuni di ganti Sultan Salim II. Pada masa pemerintahan Salim II (1566-1573 M), pasukan laut Usmani mengalami kekalahan atas serangan gabungan tentara Spanyol, Bandulia, Sri paus dan sebagian armada pendeta Malta yang dipimpin Don Juan dari Spanyol. Kekalahan ini menyebabkan Tunisia dapat direbut musuh. Akan tetapi pada tahun 1575 M, Tunisia dapat direbut kembali oleh Sultan Murad III (1574-1595 M). Pada masa pemerintahannya, keadaan dalam negeri mengalami kekacauan. Hal itu disebabkan karena ia mempunyai kepribadian yang buruk. Keadaan itu semakin kacau setelah naiknya Sultan Muhammad III (1595-1603 M), Sultan Ahmad I (1603-1671 M) dan Musthafa I (1617-1622 M), yang mana akhirnya Syeikh Al-Islam mengeluarkan fatwa agar Musthafa I turun dari jabatannya dan diganti oleh Usman II (1618-1622 M).
Pada masa pemerintahan Sultan Murad IV (1623-1640 M), mulai mengadakan perbaikan-perbaikan, tetapi sebelum ia berhasil secara keseluruhan, masa pemerintahannya berakhir. Kemudian pemerintahan dipegang oleh Ibrahim (1640-1648 M), yang pada masanya orang-orang Venesia melakukan peperangan laut dan berhasil mengusir orang Turki Usmani di Cyiprus dan Creta pada tahun 1645 M. 
Pada tahun 1663 M pasukan Usmani menderita kekalahan dalam penyerbuan ke Hungaria. Dan juga pada tahun 1676 M pasukan Usmani menderita kekalahan dalam pertempuran di Mohakes, Hungaria. Turki Usmani dipaksa menandatangani perjanjian karlowitz pada tahun 1699 M yang berisi pernyataan penyerahan seluruh wilayah Hungaria, sebagian besar Slovenia dan Kroasia kepada Hapsburg. Dan penyerahan Hermaniet, Padalia, Ukraina, More dan sebagian Dalmatia kepada penguasa Venesia.
Pada tahun 1770 M pasukan Rusia mengalahkan armada Usmani di sepanjang pantai Asia kecil. Namun kemenangan ini direbut kembali oleh Sultan Musthafa III (1757-1774 M). Dan pada tahun 1774 M, penguasa Usmani Sultan Abdul Hamid (1774-1789 M) terpaksa menandatangani kinerja dengan Catherine II dari Rusia yang berisi penyerahan benteng-benteng pertahanan di Laut Hitam kepada Rusia dan pengukuhan kemerdekaan atas Crimea.
Pemerintahan Turki, pasca Sultan Sulaiman Agung banyak terjadi kekacauan-kekacauan yang menyebabkan kemunduran dalam mempertahankan Turki Usmani (kerajaan Usmani). Hal ini dikarenakan banyaknya berganti pemimpin atau penguasa yang hanya memperebutkan jabatan tanpa memikirkan langkah-langkah selanjutnya yang lebih terarah pada tegaknya kerajaan Usmani, seperti halnya sifat jelek yang dilakukan Sultan Murad III (1574-1595 M) yakni yang selalu menuruti hawa nafsunya sehingga kehidupan moral Sultan Murad yang jelek  itu menyebabkan timbulnya kekacauan dalam negeri Usmani itu sendiri.
Banyaknya kemunduran yang dirasakan selama kurang lebih dua abad setelah ditinggal Sultan Sulaiman. Tidak ada tanda-tanda membaik sampai setengah pertama dari abad ke-19 M. oleh karena itu satu persatu negara-negara di Eropa yang pernah dikuasai kerajaan Turki Usmani ini memerdekakan diri. Bukan hanya negeri-negeri di Eropa yang memang sedang mengalami kemajuan untuk memberontak terhadap kerajaan-kerajaan Usmani, tetapi juga beberapa didaerah Timur Tengah mencoba bangkit untuk memberontak. Dari sinilah dapat disimpulkan bahwa kemunduran Turki Usmani pasca Sulaiman Agung disebabkan karena banyaknya terjadi kekacauan-kekacauan yang menyebabkan kemunduran dalam kerajaan Turki Usmani.
E.   Kemunduran Kerajaan Turki Usmani
Kemunduran Turki Usmani terjadi setelah wafatnya Sulaiman Al-Qonuni. Hal ini disebabkan karena banyaknya kekacauan yang terjadi setelah Sultan Sulaiman Al-Qonuni meninggal diantaranya perebutan kekuasaan antara putra beliau sendiri. Para pengganti Sulaiman sebagian besar orang yang lemah dan mempunyai sifat dan kepribadian yang buruk. Juga karena melemahnya semangat perjuangan prajurit Usmani yang mengakibatkan kekalahan dalam menghadapi beberapa peperangan. Ekonomi semakin memburuk dan sistem pemerintahan tidak berjalan semestinya.   
Selain faktor diatas, ada juga faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran Kerajaan Turki Usmani, di antaranya adalah :
1.      Wilayah kekuasaan yang sangat luas
Perluasan wilayah yang begitu cepat yang terjadi pada kerajaan Usmani, menyebabkan pemerintahan merasa kesulitan dalam melakukan administrasi pemerintahan, terutama pasca pemerintahan Sultan Sulaiman. Sehingga administrasi pemerintahan kerajaan Usmani tidak beres. Tampaknya penguasa Turki Usmani hanya mengadakan perluasan wilayah saja tanpa mengabaikan penataan sistem pemerintahan. Hal ini menyebabkan wilayah-wilayah yang jauh dari pusat pemerintahan mudah direbut oleh musuh dan sebagian berusaha melepaskan diri.
  1. Heterogenitas penduduk
Sebagai kerajaan besar, Turki Usmani menguasai wilayah yang amat luas, mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Syria, Hejaz, dan Yaman di Asia; Mesir, Libia, Tunis, dan Aljazair di Afrika; dan Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania di Eropa. Wilayah yang luas ini didiami oleh penduduk yang beragam-ragam agama, ras, etnis maupun adat istiadat. Untuk mengatur mereka diperlukan organisasi pemerintahan yang teratur. Perbedaan bangsa dan agama seringkali melatarbelakangi terjadinya pemberontakan dan peperangan.
  1. Kelemahan para penguasa
Sepeninggal Sulaiman al-Qanuni, kerajaan Usmani diperintah oleh sultan-sultan yang lemah, baik dalam kepribadian, terutama dalam kepemimpinannya. Akibatnya pemerintahan menjadi kacau dan susah teratasi. Kekacauan itu tidak pernah dapat di atasi secara sempurna, bahkan semakin lama menjadi semakin parah.
  1. Budaya pungli
Budaya pungli merupakan yang sudah umum terjadi dalam kerajaan Usmani. Setiap jabatan yang hendak diraih seseorang harus "dibayar" dengan sogokan kepada orang yang berhak memberikan jabatan itu. Merebaknya budaya pungli ini mengakibatkan dekadensi (merosot) moral kian merajalela yang membuat pejabat semakin rapuh.
  1. Pemberontakaan tentara Jenissari
Kemajuan ekspansi Kerajaan Usmani banyak ditentukan oleh kekuatan tentara Jenissari. Dengan demikian dapat dibayangkan bagaimana kalau tentara ini memberontak. Pemberontakan tentara Jenissari terjadi sebanyak 4 kali, yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M, dan 1826 M. Pada masa belakangan pihak Jenissari tidak lagi menerapkan seleksi dan prestasi, namun keberadaanya hanya didominasi oleh keturunan dan golongan tertentu yang mengakibatkan adanya pemberontakan-pemberontakan.
  1. Merosotnya ekonomi
Akibat peperangan yang tak pernah berhenti perekonomian negara merosot. Pendapatan berkurang sementara belanja negara sangat besar, termasuk untuk biaya perang.
  1. Terjadinya kemacetan dalam lapangan ilmu dan teknologi
Kerajaan Usmani kurang berhasil dalam pengembangan ilmu dan teknologi, karena hanya mengutamakan perkembangan militer. Kemajuan militer yang tidak diimbangi oleh kemajuan ilmu dan teknologi menyebabkan kerajaan ini tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.
 BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian terdahulu dapat penulis simpulkan sebagai berikut:
1.      Nama kerajaan Usmani diambil dari nama Sultan pertama yang bernama Usman. Bangsa Turki Usmani berasal dari suku Qoyigh, salah satu kabilah Turki yang amat terkenal.
2.      Pada awalnya kerajaan Turki Usmani hanya memiliki wilayah yang sangat kecil, namun dengan adanya dukungan militer, tidak beberapa lama Usmani menjadi Kerajaan yang besar bertahan dalam kurun waktu yang lama.
3.      Dari perkembangan yang sangat baik Turki Usmani mengalami kemajuan-kemajuan yang mendukung sekali dalam pemerintahannya diantaranya :
a.       Dalam Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan. Turki mempunyai militer yang sangat kuat dan siap tempur kapan dan dimana saja. Di bidang urusan pemerintahan dibuat undang-undang yang berguna untuk mengatur urusan pemerintahan di Turki Usmani.
b.      Dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya. Turki kaya akan kebudayaan, yang mereka ambil dari kebudayaan Arab, Persia, Bizantium. Akan tetapi dalam bidang ilmu pengetahuan Turki Usmani tidak begitu menonjol dikarenakan terlalu berfokus pada bidang kemiliteran saja.
c.       Dalam Bidang Keagamaan. Peranan agama di Turki Usmani sangatlah besar terutama dalam bidang tradisi masyarakat. Mufti/Ulama’ menjadi pejabat tinggi dalam urusan agama.
4.      Tanda kemunduran kerajaan Turki Usmani terjadi setelah masa Sultan Sulaiman Al-Qanuni atau dikenal dengan Sulaiman Agung berakhir.

Tidak ada komentar: